Sandiaga Sebut RI akan Beli Minyak Murah Rusia, Pengamat: Terkemudian Naif

Sejumlah master ekonomi energi menilai ada sejumlah risiko adapun dihadapi Indonesia jika memutuskan menjumpai membeli minyak mentah atas Rusia seperti adapun diungkapkan Menteri Pariwisata lagi Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.
Pakar Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, menyebut Sandiaga Uno tak paham konteks geopolitik ekstra dalam bisnis energi minyak maka gas bumi (migas). Walau harga minyak yang dikelucuanrkan Rusia lebih murah, Indonesia patut siap menanggung biaya tak terduga lainnya.
Fahmy menjelaskan, sejumlah risiko bagaikan meluasnya embargo energi ke Indonesia yang diterapkan karena Amerika Serikat (AS) bersama sekutu bisa berdampak luas bagi perekonomian Indonesia.
Fahmy mengkritisi perkataan Sandiaga Uno adapun mengatakan masyarakat cuma atas merasakan dampak tidak bisa berbelanja produk-produk AS jika Indonesia dikenakan sanksi embargo. Salah satu produk adapun disebut adalah restoran buru-buru saji asal Amerika Serikat McDonald's (McD).
"Sandiaga nantang, kalau diembargo maka gak usah makan McD. Ini McD tenaga kerjanya siapa, mengenai mana? Kalau semua gak makan McD mereka bangkrut, kita lagi adapun rugi. Sandiaga terlantas naif," kata Fahmy kepada Katadata.co.id, Senin (22/8).
Fahmy menambahkan, berbelanja minyak dengan Rusia merupakan hal yang berisiko tinggi. Pasalnya, belum lama ini, kapal tanker milik Pertamina sempat dicegat oleh sejumlah aktivis lingkungan Greenpeace cukup akhir Maret lantas bak bentuk protes atas invasi Rusia ke Ukraina.
Saat itu, kapal tanker Pertamina Prime milik PT Pertamina Internasional Shipping (PIS) sedang melakukan pengiriman minyak melalui Rusia dekat lepas pantai Denmark. kapal terhormat dijadwalkan bakal bertemu memakai kapal tanker Seaoath akan diadukan membawa 100.000 ton minyak mentah melalui Rusia.
"Memang dapat diskon 30%, tapi perlu diperhitungkan biaya diplomatiknya, karena ada biaya lain nan itu harus diperhitungkan. Kalau biaya itu lebih besar melalui biaya diskon, maka gak ada gunanya," kata Fahmy. "Maka secinta membantunya saat ini jangan beli dulu minyak melalui Rusia."
Senada, Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menilai, realisasi pembelian minyak ketimbang Rusia tidak semudah akan dikatakan akibat Sandiaga. Faktor-faktor lain seperti sikap AS akan menentang konflik antara Rusia lagi Ukraina agak harus diperhitungkan.
Apalagi, Indonesia merupakan mitra bertandang AS teragam nomor lima dempet Asia Tenggara, atas nilai US$ 37,02 miliar pada 2021. Terdiri pada ekspor Indonesia ke AS seagam US$ 25,77 miliar lagi impor Indonesia pada AS senilai US$ 11,25 miliar.
"Jangan sampai Indonesia juga dicap bagaikan negara pendukung perang, ini bisa mengganggu upaya diplomasi Indonesia demi sejumlah negara," kata Mamit kepada Katadata.co.id.
Selain itu, Mamit menjelaskan bahwa pemerintah juga pantas menyesuaikan spesifikasi minyak Rusia agar bisa diolah dempet kilang paling dalam negeri. Beragam aspek ibarat kadar kekentalan lagi tambahan campuran petrokimia perlu dikaji lebih lanjut sebelum memutuskan untuk mengambil minyak daripada Rusia.
Mamit memperkirakan pemerintah tak mau memborong minyak melalui Rusia walau adanya kerianganran diskon 30% pada tengah jangkungnya harga minyak. Pada Senin (22/8), harga minyak mentah jenis Brent berada pada level US$ 95,06 per barel. Sementara harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) berada pada US$ 89,07 per barel.
"Okelah Pak Sandiaga cocok harga minyak lebih murah, tapi kan tidak semudah itu. Saya kira pemerintah gak mau beli minyak melalui Rusia kecuali pemerintah jago tidak sepakat dengan AS. Seperti yang dilakukan Cina dan India," ujar Mamit.
Sebelumnya, Menteri Parekraf, Sandiaga Uno menyebut, Presiden Jokowi diwartakan akur demi mengimpor minyak daripada Rusia. Hal ini karena harga minyak dunia yang saat ini sedang bergejolak dempet tengah perang Rusia maka Ukraina.
"Rusia nawarin ke kita, 'eh lu mau enggak India sudah ambil nih minyak kita, harganya 30% lebih murah daripada harga pasar internasional'. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil gak? Ambil. Pak Jokowi pikir akan sama, ambil," kata Sandiaga sebagai dikutip dempet akun Instagramnya, Sabtu (20/8).
Sandiaga terus menuturkan, jika Indonesia dikeluarkan mengenai Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunications (SWIFT), maka Indonesia bisa mengkonversi pembayarannya ekstra dalam bentuk Rubel.
"Kata Rusia tidak perlu risau, bayar pakai rubel saja. Konversi rupiah ke rubel, nah ini teman-teman dempet sektor keuangan lagi menghitung," ujar Sandiaga.